Pengalamanku Hidup Dengan Tumor


Alhamdulillah berkat pertolongan Allah SWT karena shalat dan tak lupa berdo’a serta semangat dari orang-orang tersayang, terutama orang tua & kakak laki-laki saya, akhirnya saya bisa melewati ini semua.

Penyemangat Hidupku..My Little Family 💗 (Dok. Foto Pribadi)

Sedih rasanya kalau mengingat kejadian yang lalu dan yang baru-baru ini.

Hal ini karena penyakit yang saya derita, menurut beberapa orang, jika dibiarkan bisa berbahaya yaitu hidup bersama penyakit tumor.

Saya sudah mengalami penyakit ini sudah yang kedua kalinya.

Pertama kali saat masih sekolah di Madrasah Aliyah Negeri (MAN, setingkat SMA) kelas 2 SMA di kota kelahiran saya, Kota Bekasi, Jawa Barat.

Kejadian kedua setelah saya lulus dan kuliah di Kota Makassar, tempat kelahiran orang tua saya.


Saya ketika itu mengira kejadian yang pertama ini hanyalah benjolan biasa yang timbul entah karena terbentur atau terjatuh.

Yang saya rasakan seperti mendenyut dan ngilu, sementara kalau dipegang kadang terasa sakit.
Saya perkirakan karena terbentur dengan benda keras sebab saya sering dibonceng naik motor.

Saat pertama kali merasakan sakit berdenyut dan ngilu, terjadi ketika tulang ekor (bokong) saya secara tidak sengaja terbentur besi yang ada pada belakang jok motor. Besi ini berfungsi sebagai penyanggah di sadel motor yang diduduki jika dibonceng.

Saya sering merasakan benturan dari besi itu. Saya berpikir, mungkin dari situlah sumber penyebab ada benjolan karena sering terbentur.

Akhirnya saya meminta tolong ibu saya untuk memeriksanya. Lalu ibu saya mengoleskan benjolan tersebut dengan minyak gosok dengan harapan agar benjolannya bisa mengecil. Saya hanya menganggap baik-baik saja, tidak ada apa-apa. 

Hari esoknya, saya naik mobil, tidak lama kemudian saya merasakan lagi sakit pada tulang ekor di bagian bokong saya saat duduk di dalam mobil. Tapi saya mengira mungkin karena kram atau kelamaan duduk di mobil.

Sepulangnya saya periksa di kamar mandi. Ternyata saya melihat benjolan itu makin membesar. Saya merasa takut sekali. 

"Mengapa bisa jadi parah begini ya”, pikir saya ketika itu.

Orang tua saya langsung membawa saya ke dokter umum yang dekat dari rumah.

Dokternya bilang, “itu luka di dalam, harus diperiksa di rumah sakit”. 

Kemudian dibawalah saya ke salah satu rumah sakit swasta terdekat di Kota Bekasi.

Dokternya mengatakan:

 “Kamu mengidap tumor. Tapi tumornya masih jinak, harus diwaspadai karena kalau dibiarkan lama bisa berbahaya."

Vonis dokter tersebut membuat saya ketakutan. Apalagi membayangkan ucapan dokter, bahwa kalau sudah terlalu lama dibiarkan, bisa saja berkembang menjadi tumor ganas. Lebih berbahaya lagi bisa menyebabkan kanker kalau terlambat mengobatinya.

Kemudian dokter menyuruh saya untuk segera dioperasi dan mengangkat tumornya itu. Saat itu orang tua saya langsung mengiyakan.

Dokter beserta perawat lalu membawa saya ke ruang operasi. Saya mengucapkan basmallah dan selalu berdo’a semoga operasinya berjalan dengan lancar.

Alhamdulillah, dari operasi itu berhasil mengangkat benjolan yang semula dianggap tumor jinak itu.

Hasil Pengangkatan Tumor Jinak Sebesar Bakso Isi Telur di Bagian Tulang Ekor Bokong Saya Saat Operasi Pertama (Dok. Foto Pribadi)

Kejadian yang sama terulang kembali. Ini pengalaman yang saya rasakan kedua kalinya saat sudah menjadi mahasiswi di Kota Makassar, tepatnya tahun 2015,  saat menginjak masa perkuliahan semester tiga.  

Ketika saya sedang tengkurap di bantal, entah kenapa saya merasakan sakit di payudara bagian kanan dan sepertinya ada benjolan yang mengganjal.

Saya lalu memeriksa sendiri, ternyata ada benjolan di payudara bagian kanan. Dari tempat kos-kosan, saya langsung menghubungi orang tua saya di Kota Bekasi.

Orang tua saya menyuruh saya ke rumah sakit terdekat di Makassar untuk periksa terlebih dahulu. Ya, siapa tahu hanya benjolan biasa yang akan hilang dengan sendirinya.

Saat keluar dari ruang periksa dan melihat hasil scan dari dokter, ternyata lagi-lagi dokter memvonis saya mengidap tumor jinak. Dokter kembali menyuruh saya untuk segera dioperasi untuk diangkat tumornya.

Saya shock dan sedih bahwa saya mengalami penyakit itu untuk kedua kalinya.

Orang tua saya kemudian memutuskan mau membawa saya pulang ke Jakarta. Alasannya biar bisa dirawat di Rumah Sakit Kota Bekasi karena saya pertama kali dioperasi di sana.

Kebesokan harinya, orang tua saya datang menjemput ke Makassar dan langsung membawa saya ke Rumah Sakit di Bekasi.

Saat Mamah dan Papah Menjemput Saya di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, 
Sulawesi Selatan (Dok. Foto Pribadi)

Tiba di Bekasi, dokter menyuruh saya scan ulang payudara saya.

Menurut dokter, ia ingin tahu kondisi terakhir karena saat diperiksa di Makassar masih bulan September 2014. Sementara saya tiba di Bekasi sudah bulan Desember 2014.

Tidak disangka, dari hasil scan terakhir di Bekasi inilah, membuat saya terkejut.

Dokter kembali menyatakan bahwa saya mempunyai tumor, bahkan bukan satu saja tapi sudah ada dua tumor di bagian kanan payudara. Letaknya dekat jantung dan di bawah ketiak. 

Dokter dan perawat-perawatnya seperti biasa membawa saya ke ruang operasi. 


Detik-detik Mau dioperasi. Sebelum Ganti Baju Rumah Sakit, Saya dipasangkan Infus Terlebih Dahulu oleh Perawat (Dok. Foto Pribadi)

Saya cuma bisa menangis di dalam hati, pasrah dan berserah diri kepada Allah SWT.

Ketika saya sudah sadar pasca operasi, orang tua saya bercerita sambil bersedih. Katanya, saya adalah pasien yang masuk ke ruang operasi lebih awal, tapi malah keluar dari ruang operasi belakangan.

Begitu tempat tidur yang mempunyai roda didorong keluar ruang operasi di mana saya terbaring di atasnya, ketika itulah orang tua saya hanya bisa menangis karena melihat saya belum sadar (siuman) juga dari pengaruh obat bius pasca operasi.

Hasil Pengangkatan Tumor Jinak Berjumlah 2 Tumor Dengan Ukuran Bakso Isi Telur di Bagian Payudara Saya dan  Ukuran Isi Buah Rambutan di Bagian Bawah Ketiak Saya Saat Operasi Kedua (Dok. Foto Pribadi)

Dikiranya, saya sudah tiada alias meninggal. Orang tua hanya bisa memeluk saya.

Saya tersenyum kecil mendengar pengakuan orang tua, sesaat setelah siuman dan bebas dari pengaruh obat bius pasca operasi.

Saya Hanya Bisa Terbaring Lemas Setelah Operasi 😤 (Dok. Foto Pribadi)
*Maafin yah guys fotonya di sensor soalnya saya gak pake jilbab hehehe*

Saya tak lupa mengucapkan hamdalah karena masih diberi kesempatan untuk hidup oleh Allah SWT dan bisa berkumpul dengan keluarga kembali.

Dan lebih senangnya lagi, saya bisa pulang ke rumah setelah beberapa hari selesai pasca operasi. Alhamdulillah ya Rabb.

Alat Tempur dari Rumah Sakit yang Harus Dibawa Pulang ke Rumah 😂 (Dok. Foto Pribadi)


Jaga Pola Makan

Dari kejadian yang saya alami sampai harus dioperasi dua kali karena tumor ini, pesan saya buat teman-teman baik yang perempuan maupun yang laki-laki, agar selalu menjaga pola makan yang baik dan sehat.


Setelah Operasi, Saya Memulai Hidup Baru Dengan Makan Makanan yang Bergizi dan Sehat 😤
(Dok. Foto Pribadi)

Janganlah seperti saya yang suka makan sembarangan hehehe.

Menurut keterangan yang saya dengar dari dokter, tumor yang sempat menempel di tubuh saya ini berupa gumpalan daging berupa benjolan.
Tumor itu sendiri dibagi dua macam, yaitu ada yang jinak dan ganas. Faktor penyebab tumor ini timbul karena adanya 3 faktor : 1. Faktor hormon, 2. Faktor keturunan, 3. Faktor Pola makan.

Soal faktor hormon, saya kurang mengerti tentang ini. Tapi faktor kedua yakni faktor keturunan, mungkin hal itu bisa terjadi. Mengingat kakek atau nenek dari pihak orang tua saya memang pernah mengalaminya. 

Bahkan tumor ini meningkat jadi kanker dan menyerang otak dan payudara sehingga menyebabkan kematian. 

Mungkin potensi mengidap tumor itu diturunkan ke cucunya seperti saya ini? Entahlah.

Soal pola makan yang tidak sehat, ini perlu diketahui oleh teman-teman agar bisa mengurangi mengkonsumsi makanan yang bermecin, daging, berlemak (seperti; gorengan, terutama makanan yang mengandung banyak minyak), berpengawet (makanan siap saji seperti: sosis, nugget, bakso, mie instan, sphagetti, dan makanan ringan lainnya). 

Makanan yang semua saya sebutkan tadi adalah bisa memicu tumbuh dan berkembangnya tumor ini.

Perbanyaklah mengkonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran dan paling utama yaitu minum air putih.

Sesudah operasi dan diangkatnya tumor ini, dokter belum bisa mendeteksi kembali dan menyatakan apakah sudah bersih atau steril dan terhindar dari tumor. 

Ini karena faktor usia seperti saya yang masih muda, masih dalam masa-masa pertumbuhan yang rentan terkena penyakit seperti tumor ini.

Jadi seperti yang saya sebutkan di atas,  
kalau kita menjaga pola makan yang baik dan benar serta bersih, Insya Allah kita jauh dari penyakit ini. 

Memang penyakit ini tidak berbahaya, tetapi seperti pepatah bilang “lebih baik mencegah daripada mengobati”.
Sabar dan tawakal dalam menghadapi apapun termasuk penyakit yang diberikan oleh Allah SWT. Allah mau menguji sejauh mana kesabaran yang kita punya.

Apapun yang menimpa diri kita, Insya Allah akan menjadi kebaikan kalau dihadapi dengan sikap positif yakni berkhuznudzon (berbaik sangka) kepada Allah SWT.

Tetap tersenyum, selalu semangat dan jangan berputus asa!

Bersiap-siap Untuk Pulang ke Rumah. Sebelum Meninggalkan Rumah Sakit, Saya Gak Lupa Buat Foto dulu 😂  (Dok. Foto Pribadi)

Terima kasih sudah mampirr dan membaca cerita saya. Semoga bermanfaat buat teman-teman semua.

Label: , , , ,